Saat jam istirahat, aku dan kedua sahabatku menuju ke
perpustakaan. Aku curahkan semua kejengkelanku terhadap lelaki itu kepada Hong Ki dan Shin Hye.
“Lelaki itu benar-benar menyebalkan. Aku tidak tau sampai
kapan aku bisa bertahan dengan lelaki menjengkelkan itu.”
“kau tidak mau duduk sebangku dengan dia ?? bagaimana kalau
aku saja. Hah ??”
“apa ??”
“Shin Hye, kau benar-benar menyukai mereka ??” sahut Hong
Ki.
“aaah… tidak.. mana mungkin aku menyukai mereka. aku tidak
suka dengan tipe-tipe orang seperti mereka itu. Aku hanya ingin membantu Jee
Hoon.”
“setuju..” sahutku.
“setuju apa Jee Hoon ??”
“Shin Hye, kau tadi bilang ingin duduk dengan dia. Aku
setuju. Lebih baik aku duduk dengan kau saja Hong Ki. Bagaimana ?? kau mau
duduk denganku kan Hong Ki ??”
“a…apa ??”
“Hong Ki kau pasti setuju.” Kata Shin Hye.
“kau mau kan Hong Ki ?? ayolah Hong Ki.”
Dengan nada pasrah. “haah.. baiklah.”
“gomaweo Hong Ki.” Aku memeluk Hong Ki.
===================***================***==============***==============================
Keesokan harinya aku duduk sebangku dengan Hong Ki, dan Shin
Hye duduk di bangku ku. Lelaki itu masuk ke kelas. Setelah melihatku duduk di
bangku Shin Hye, lelaki itu kelihatan sangat kesal.
Sambil menudingku dia berkata. “hey kau.. kenapa kau pindah
??”
“apa urusanmu ??” bantahku.
“cepat pindah ke tempatmu seperti semula.”
“heh.. siapa kau ?? berani memerintahku seperti itu.”
“sudah ku bilang. Cepat kembali ke bangkumu.”
“aku tidak mau.”
“kenapa ??”
“aku bisa gila kalau harus terus menerus bersamamu.”
“a..apa ??apa kau bilang ??” kemudian sambil menuding Shin
Hye dia berkata. “hey kau.. siapa namamu ??”
“aku ??”
“ya.. kau.”
“aku Shin Hye.”
“Shin Hye, bisakah kau pindah ke bangkumu seperti semula ??”
“ta..tapi.”
“ayo pindah !!”
“tapi Jee Hoon tidak mau duduk denganmu.”
“oooh.. jadi namamu Jee Hoon ??” (sambil menoleh ke arahku.)
“iya namaku Jee Hoon. Song Jee Hoon. Kenapa ??” ucapku.
“namamu sangat aneh. Sama seperti orangnya.”
“hah… apa ?? ka… kau.. kau benar-benar..” belum selesai aku
berbicara, dia sudah memotong.
“apa ??”
“menyebalkaaaaan… kenapa harus kau yang duduk denganku ??”
“masih untung aku mau duduk denganmu. Teman-temanku tidak ada
yang sudi untuk duduk denganmu karena kau sangat aneh.”
“apa ??”
“haha… kau sangat pucat mendengarnya. Hey… Song Jee Hoon,
sekali lagi ku bilang.. cepat pindah ke bangkumu.”
Aku memalingkan pandanganku ke segala arah. Dan pandanganku
terhenti pada Kim Hyung Joon, teman Kim Hyun Joong.. lelaki menyebalkan yang
sekarang di sampingku. Kim Hyung Joon memberi isyarat dengan anggukan agar aku
mau menuruti keinginan Kim Hyun Joong. Aku masih tidak mengerti, dan memberi
isyarat kalau aku tidak mengerti. Dan sekali lagi, dia menganggukkan kepalanya
sebagai isyarat agar aku mau menuruti keinginan Kim Hyun Joong. Aku mulai
mengerti, dan aku juga menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa aku mau. Kim
Hyung Joon tersenyum manis.
“baiklah.. aku akan pindah.” Ucapku kepada Kim Hyun Joong.
“bagus.. nona manis.” Ucapnya sambil meringis.
“heh.. tapi aku terpaksa melakukan ini semua. Aku sudah
tidak tahan lagi mendengar teriakan-teriakanmu itu.”
Dan sekali lagi, dia hanya meringis.
“Shin Hye, pindahlah ke bangkumu.”
“tapi Jee Hoon.. gwaenchanayo ??”
“sudahlah.. aku tidak apa-apa.”
Dan sekarang Hong Ki mulai berbicara setelah tadi hanya
terdiam mendengarkanku bertengkar dengan Hyun Joong. “hey.. aku tidak akan
tinggal diam kalau kau macam-macam dengan sahabatku.”
“tenanglah pirang.. sahabatmu aman bersamaku.”
“apa ?? kau mengataiku pirang ??”
“rambutmu memang pirang kan ?? haha..”
“jangan menertawai sahabatku.” Bentak Shin Hye.
“heh.. Kim Hyun
Joong.. awas kalau kau berani macam-macam sama kami. Kau pasti mati.” Ucapku.
“baik nona manis..” (sambil memberi hormat).
==========================***==============***============***===========================
Kekesalanku kepada Kim Hyun Joong terbawa hingga ke rumah.
Di rumah aku mengomel tidak karuan, tanpa tau siapa yang harus aku marahi.
“heh, Jee Hoon.. kau ini kenapa ?? dari tadi marah-marah
tidak karuan.”
“laki-laki menyebalkan itu sudah membuat hidupku tidak
tenang.”
“laki-laki menyebalkan ?? siapa dia ??”
“siswa baru di SMA Konkuk. Satu kelas denganku. Namanya Kim
Hyun Joong.”
“sepertinya kau benar-benar kesal dengan dia.”
“ne, oppa.. dia sudah membuat hari-hariku di sekolah penuh
dengan kekacauan.”
“hati-hati.. biasanya benci bisa berubah menjadi cinta.”
Aku yang sedang minum langsung tersedak. “apa ?? mana
mungkin..”
“mungkin saja.”
“oppa..” rengekku.
“tidurlah..”
“aku belum mengantuk.”
“jangan buang waktumu untuk memikirkan laki-laki yang kau
bilang menyebalkan itu. Lebih baik kau tidur saja.”
“apa ?? memikirkan dia ??”
“terus kenapa kau tidak mau tidur kalau tidak sedang
memikirkan dia.. hah..”
“haaaish… baiklah..baiklah.. aku akan tidur.”
Aku segera meninggalkan Geun Suk Oppa. Kemudian kak Geun Suk
berteriak namun tidak begitu keras. “Jee Hoon, langsung tidur. Jangan
memikirkan dia.”
Aku hanya mencibir mendengar kata-kata kak Geun Suk.
***
Aku berjalan tunggang langgang menuju kelas. Bangun tidur
tadi aku sudah berdo’a supaya hari ini bisa menjadi hari yang baik buatku tanpa
gangguan Kim Hyun Joong. Tapi di depan pintu kelas, aku sudah di kejutkan oleh
sosok lelaki yang sedang menghalangi pintu. Dan.. ya, siapa lagi lelaki itu
kalau bukan Kim Hyun Joong.
“aaaah.. ya Tuhaan.. kenapa Kau tidak mengabulkan
permohonanku.” Kataku lirih.
“pagi nona kancil..” sapa Kim Hyun Joong dengan peringisannya.
“kau berbicara denganku ??”
“iya.. kau.”
“kau memanggilku apa ?? nona kancil ??”
“iya..”
“kenapa kau memanggilku seperti itu ??”
“karena hari ini aku baru tau kalau kau siswa paling cerdas
di kelas ini. dan kau juga sangat keras kepala. Mirip dengan kancil kan ??”
“kemarin kau mengatai Hong Ki ‘pirang’. Dan sekarang kau
memanggilku ‘nona kancil’. Setelah itu siapa lagi ?? hah ?? Shin Hye..?? masih
pagi kau sudah membuatku kesal. Bisakah kau tidak menggangguku ?? sejak ada
dirimu hari-hariku di sekolah menjadi kacau. Minggirlah.. aku mau masuk.” Aku
mendorongnya.
Aku segera menuju bangkuku. Saat sedang berjalan menuju
bangku, aku bersimpangan dengan Kim Hyung Joon dan tiga temannya yang lain. Kim
Hyung Joon tersenyum manis kepadaku. Aku segera membalas senyumnya. Setelah
membalas senyuman Hyung Joon, aku teruskan perjalananku (halah lebay.. hehe,
red) menuju bangku. Di sana sudah ada Hong Ki dan Shin Hye.
“pagi Jee Hoon..” sapa Hong Ki dan Shin Hye.
“ya.. pagi.” Dengan nada lemas.
“ada apa lagi denganmu Jee Hoon ?? pagi-pagi kau sudah tidak
bersemangat seperti itu.” Tanya Shin Hye.
“dia sudah menggangguku lagi.”
“oh.. si Mr. kancil itu ??” kata Hong Ki.
“kau bilang apa Hong Ki ??”
“Mr. kancil.”
“kau memanggilnya Mr. kancil ??”
“iya.. karena dia sombong dan angkuh seperti kancil. Dia
memang pantas di panggil Mr. kancil. Iya kan Shin Hye ??”
“iya.. benar sekali. Dia memang seperti kancil.”
“bagaimana bisa ?? bagaimana bisa seperti ini ??” ucapku
dengan lirih.
“kau kenapa lagi Jee Hoon ?? kau tidak suka aku memanggilnya
Mr. kancil ??”
“tidak.. tidak..”
========================================================================================
Bagaimana bisa ?? pertanyaan seperti itu selalu muncul di
benakku, tanpa aku tau pertanyaan itu tertuju untuk siapa.
“kenapa Hong Ki memanggil dia Mr. Kancil, sedangkan dia juga
memanggilku nona kancil ?? itu berarti julukan untukku dan julukan untuknya
sama. Sama-sama kancil. Kenapa bisa sama ?? haaaash…”
Di tengah lamunanku, tiba-tiba aku melihat Hyung Joon sedang
duduk sendirian di taman sekolah. Aku putuskan untuk menghampirinya. Dan dengan
ragu-ragu aku menyapanya.
“hay..”
“kau ??”
“sedang apa kau di sini ?? kenapa kau tidak bergabung dengan
teman-temanmu ??”
“kami tidak harus selalu bersama setiap waktu. Ada waktu
untuk urusan pribadi kan ??”
“o..ooh.. begitu.”
“kau sendiri sedang apa di sini. Mana teman-temanmu ?? siapa
namanya ??”
“ah.. Shin Hye dan Hong Ki.”
“iya.. di mana mereka ?? kenapa tidak bersamamu ??”
“di sana.” Aku menunjuk ke arah Shin Hye dan Hong Ki yang
sedang duduk-duduk di bangku taman di bawah pohon.
“kau tidak ikut bersama mereka ??”
“seperti yang kau bilang tadi. Ada waktu untuk urusan
pribadi.”
“kau sedang ada masalah ??”
“aah.. tidak.”
“kau sedang memikirkan Hyun Joong ??”
“hah..??”
“kenapa ??”
“tentu saja tidak. Untuk apa aku memikirkan dia.. orang yang
sudah membuat hidupku kacau.”
“ooh.. jadi kedatangan kami sudah mengganggu hidupmu ??”
“tidaak.. tidaak.. tidak seperti itu. Bukan kalian.
Kim Hyun Joong.. ya, hanya dia.”
“tapi kedatangannya juga sama dengan kedatangan kami. Aku,
Jung Min, Young Saeng, dan Kyu Joong.”
“aah.. sudahlah, tidak usah di bahas lagi.”
“nona..”
“Jee Hoon. SONG JEE HOON. Itu namaku.”
“Jee Hoon, kau harus tau.”
“tau apa ??”
“Hyun Joong, orang yang sangat kau benci.. orang yang kau
bilang sangat menyebalkan.. sebenarnya adalah sosok orang yang bertanggung
jawab bagi kami.”
“apa ?? mana mungkin ??”
“iya.. itulah kenyataannya.”
“dia sangat sombong, angkuh, tidak punya sopan santun, dan egois.
Mana mungkin dia bisa menjadi orang yang paling bertanggung jawab di antara
kalian.”
“memang. Kalau belum mengenalnya, dia akan kelihatan sangat
menyebalkan, sombong, angkuh, egois. Tapi sebenarnya itu adalah cara dia untuk mengakrabkan
diri dengan orang-orang baru yang ada di sekitarnya. Karena itulah saat itu aku
menyuruhmu untuk mau menuruti keinginannya. Karena aku tau, dia tidak akan
menyakitimu. Dia hanya ingin lebih akrab denganmu, setelah itu baru dengan
sahabat-sahabatmu.”
“benarkah seperti itu ??”
“hmm..”
========================================================================================
Saat perjalanan pulang aku melihat ada gang sempit. Aku
berfikir, mungkin akan lebih cepat sampai rumah kalau lewat gang itu. Aku memutuskan
untuk lewat di gang itu padahal biasanya aku lewat di jalan raya biasa dan
tidak pernah sama sekali melewati gang sempit itu. Ketika menyusuri gang sempit
itu sendirian, aku di hadang oleh sekelompok preman yang sedang mabuk berat.
“hay nona manis..”
“mau apa kalian ??”
“oh.. kau sangat galak sekali. Kenapa kau di sini sendirian
nona manis ?? tempat ini sangat berbahaya untuk gadis secantik dirimu. Apalagi
kau hanya sendirian. Ayo, kami akan menemanimu supaya kau tidak sendirian.
Bagaimana. Hah ?? hahahahaha…” preman itu tertawa tebahak-bahak dan salah satu
dari mereka ada yang mencolekku.
“jangan sentuh aku. Justru kalianlah orang yang berbahaya
untukku. Kalau kalian berani macam-macam, kalian pasti mati.” Sambil memasang
kuda-kuda (buwakakakak, red).
“oouh.. kau benar-benar galak nona manis. Ayolah jangan
galak-galak. Ikutlah bersama kami.” Preman-preman itu menarik-narikku. Aku
berteriak sekencang mungkin.
“lepaskan aku.. lepaskan aku. Toloong.. tolooong.. iich,
lepaskan aku.”
“percuma nona.. disini sangat sepi. Tidak akan ada yang
mendengarmu walaupun kau berteriak.”
Seorang lelaki tiba-tiba muncul. “hey kalian.. lepaskan
dia.”
Aku sangat terkejut. “Ka..kau ??”
“anak kecil, kau jangan ikut campur.” Kata seorang preman.
“jangan panggil aku anak kecil kalau kalian belum melawanku.
Majulah.”
“hah.. berani sekali kau.”
“hh.. majulah.”
Preman-preman itu mendekatinya. Dia yang hanya sendiri
melawan lima preman sekaligus. Sungguh miris aku melihatnya. Tapi dia
benar-benar seperti pahlawan, datang tepat di saat aku membutuhkan bantuan.
Dengan tangguh dia melawan preman-preman itu. Setelah mengeluarkan beberapa
jurus (jurus mabuk, jurus ini, jurus itu, wkwkwk,red), akhirnya dia bisa
mengalahkan kelima preman itu. Aku sangat kagum dengan ketangguhannya. Setelah
bisa membuat para preman itu lari terbirit-birit, dia menghampiriku.
“kau tidak apa-apa ??”
“aku tidak apa-apa. Hyun Joong bagaimana kau bisa ada disini
??”
“tadi aku sedang perjalanan pulang, kemudian aku melihatmu
masuk ke gang sempit ini. aku tau kalau gang ini sangat berbahaya dan banyak preman.
Karena itulah aku mengikutimu. Dan ternyata benar dugaanku. Preman-preman itu
mengganggumu.”
Aku hanya terdiam.
“haaah.. kau ini. Masih banyak jalan yang lebih aman, kenapa
kau lewat jalan ini ??”
“aku fikir, aku akan cepat sampai rumah kalau lewat jalan
ini.”
“apa kau sudah pernah melewati jalan ini sebelumnya ??”
Aku menggeleng.
“haaaah… lain kali jangan lewat jalan ini lagi. Kalau
terjadi apa-apa denganmu bagaimana ??”
Aku mengangguk.
“aku antar kau pulang.”
“tidak usah. Aku bisa pulang sendiri.”
“jangan menolak !!”
Dia mengantarku pulang. Karena kejadian ini dia jadi tau
rumahku. “ooh.. jadi disini rumahmu nona kancil ??”
Aku mengangguk.
“dari tadi kau diam saja. Benarkah kau tidak apa-apa ??”
“ne.”
“masuklah. Kau kelihatan sangat lelah. Sampai jumpa.”
“sampai jumpa.”